Rani
3 min readJan 18, 2024

--

Canggung banget.

Lalu lintas kota Jakarta di Sabtu pagi mungkin nggak macet, jarak Kemang — GBK bisa ditempuh dalam waktu 20 menit. Tapi itu 20 menit yang terasa lama kalau dihabiskan oleh dua introvert yang sama-sama pemalu.

“Sufjan memang deket banget sama Jaki ya?” Adri berusaha mencari topik pembicaraan. “Waktu Jaki cerita kemaren kayaknya dia beneran akrab banget sama lo, pernah jadi babysitternya Layla juga.”

“Oh, iya kak, memang deket,” jawab Sufjan.

“Kenal dari SMP?”

“Iya.”

“Udah lama ya berarti.”

Diem lagi, cuma ada musik dari playlist Sufjan. Sejauh ini semuanya lagu-lagu lawas, Adri sampe kaget waktu tiba-tiba yang diputer lagunya Celine Dion. Kok ada laki-laki berumur 21 tahun dengerinnya Celine Dion? Mana sambil nyetir ke GBK lagi. Sabtu pagi, loh.

“Yan.”

“Iya kak?”

“Lo emang sukanya lagu-lagu lama gitu ya?” Tanya Adri lagi, berusaha mencari topik pembicaraan.

“Nggak selalu sih, kak, cuma emang lagi pengen dengerin aja,” balas Sufjan. “Maaf kak, mau saya ganti? Ada playlist yang lebih baru kok.”

“Eh, nggak, kok minta maaf?” Adri menggelengkan kepalanya, berusaha meringankan suasana dengan tawa kecil yang garing. “Nanya aja, soalnya kalau sama Jaki kan full One Direction kadang.”

“Oh, gitu,” respon Sufjan.

“Pake lo-gue aja, Yan, santai aja.”

“Iya kak.”

Ya tuhan, sulit sekali bagi Adri untuk tidak menghela napas panjang. Sufjan ini memang nggak suka ngomong atau gimana? Kalau gitu ngapain ngajak ke GBK bareng? Masalahnya, Adri juga aslinya introvert, cuma kerja di kantor memaksanya untuk bisa basa-basi.

“Gaeul friendly juga ya,” komentar Adri, melihat anjing ras poodle itu mengendus Ucok. “Kalau Ucok memang gentle, udah tua dia.”

“Oh ya?” Respon Sufjan.

“Ya.”

Diam lagi beberapa saat.

“Berarti Ucok emang harus dipanggil pak dong,” kata Sufjan tiba-tiba, tertawa garing.

Butuh waktu beberapa saat bagi Adri untuk paham lelucon yang dilontarkan Sufjan, hingga dirinya tertawa. “Iya, lo kan hormat banget ya sama Pak Ucok.”

“Ucok umur berapa kak?”

Akhirnya, ada pertanyaan juga yang bukan berasal dari Adri sendiri. “Umur 7 tahun, dia masih aktif banget sih cuma jailnya udah nggak ada lagi,” jawab Adri. “Kalau Gaeul?”

“Tiga tahun kak, tapi poodle emang nggak seaktif terrier sih,” balas Sufjan.

“Lap dog, ya. Nyokap pengen banget dulu melihara poodle, tapi gue pengen melihara anjing bego.”

“E — eh, gimana kak?”

“Itu liat aja mukanya si Ucok bego banget,” tawa Adri. “Gue nggak suka anjing yang cantik gitu soalnya.”

“Oh… kalau Gaeul sih cantik, pinter juga, kalau jalan juga rapih banget dan nggak iseng juga pas kecil,” cerita Sufjan.

“Lo jadi kayak ayah rozak, Yan,” cengir Adri. “Tapi iya emang poodle biasanya pinter sih, kalau Ucok kan working dog jadi harus dikasih tugas.”

“Bull terrier bukan gembala kan ya?”

“Bukan, aslinya anjing pemburu. Dulu sebelum gue tinggal sendiri dia kerjaannya ngejar tikus, sekarang jadi suka dikasih tugas nyari mainan, atau dikasih enrichment toy biar sibuk,” jelas Adri.

“It’s not an easy breed.”

“It’s really not. Tapi, ya, untungnya Ucok well-trained sih. Anaknya juga manja banget, sebenernya, hobinya disayang-sayang,” balasnya.

“Gaeul juga, kalau tidur aja harus bareng.”

“Ih sama! Ucok juga. Lo kayaknya sayang banget sama Gaeul ya?”

“Gaeul tuh udah kayak anak gue, kak,” Sufjan mulai menceritakan segala hal tentang Gaeul, seakan mereka tidak pernah canggung sama sekali.

Yah, Adri yang salah sih. Mungkin memang harusnya dari awal mereka ngebahas doggy masing-masing biar langsung nyambung. Lucu juga ngeliat Sufjan cerita tentang Gaeul kesayangannya itu. Sadar gak sih dia kalau dia sendiri mirip sama Gaeul?

--

--